Putra Syekh Maulana Malik Ibrahim ini, diminta mendidik para pangeran, kaum bangsawan dan adipati Majapahit tentang akhlak mulia. Pemanggilan khusus ini, atas usulan istri Brawijaya, Putri Dwarawati Murdiningrum, yang tak lain saudara dari ibu Sunan Ampel.
Dwarawati mengabarkan kepada Brawijaya, kemenakannya itu adalah seorang yang pandai dan memiliki budi pekerti mulia, sehingga layak dijadikan guru untuk mendidik para pangeran, bangsawan dan adipati Majapahit yang senang foya-foya, judi, main perempuan dan mabuk-mabukan.
Ketika menghadap sang raja, Sunan Ampel menyetujui permintaan itu, sekaligus meneruskan dakwah sang ayah, Sunan Gresik, di Tanah Jawa. Atas kesediaan Raden Rahmat Prabu Brawijaya menghadiahi tanah di kawasan Ampel, Surabaya, Jawa Timur.
Sebelum berangkat ke Surabaya mendirikan sekolah agama bagi para kaum bangsawan dan pangeran, Raden Rahmat sempat beberapa hari tinggal di istana. "Saat itu, Raden Rahmat tidak hanya mendapat hadiah tanah di Ampel, tapi juga diambil menantu oleh Brawijaya," terang pemandu tour wisata Wali Songo, Chuzaimah kepada merdeka.com, Selasa (2/6).
Raden Rahmat dinikahkan dengan salah satu putri Brawijaya, yaitu Putri Dewi Candrowati atau yang biasa dipanggil Nyai Ageng Manila.
Dari hasil pernikahannya dengan Nyai Ageng Manila, Raden Rahmat dianugerahi lima anak, yaitu Maulana Mahdum Ibrahim yang dikenal sebagai Sunan Bonang, Syarifuddin atau Raden Qasim (Sunan Drajat), Siti Syari’ah atau Nyai Ageng Maloka atau Nyai Ageng Manyuran, Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah.
Sunan Ampel wafat pada Tahun 1478 dan jenazahnya disemayamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya. Dia adalah maha guru sekaligus ayah dari para wali yang masuk dalam barisan wali songo.
By : MakatiPoker.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar